Sabtu, 16
September 2017
(22:01)
(22:01)
Pernahkah kamu bersembunyi? Berpura-pura
bahagia ? berpura-pura baik baik saja? Berpura-pura its oke i’m fine? Aku ?
sering bahkan terlalu sering, sebenarnya aku orang yang rewel, gampang ngambek,
banyak nuntut, cemburuan juga, yang selalu punya prinsip kalau komunikasi itu
penting, orang yang blak2an kalau gak suka iya bilang gak suka, kalau suka iya
bilang suka BUT semua itu ada masanya dimana sabar itu memang ada batasnya. Ketika
hati mulai lelah pilihan hanya satu yaitu diam saja, ini sekarang yang sedang
aku rasain dimana aku telah terlalu lelah berjuang sendirian, berusaha
pengertian tanpa dimengerti kembali, berusaha perhatian walaupun tidak ada
balasan, ketika semua hal yang aku harapkan selama ini seakan sia-sia, percuma
saja pahitnya selalu aku yang rasakan, bukankan cinta itu seharusnya bahagia???
Tapi tidak bagiku semua hanya indah diawal saja.
Berapa kali air mata yang ditumpahkan?
Lupa, terlalu sering aku memendam rasa yang akhirnya nangis sendirian entah
harus bagaimana lagi ketika ocehan hanya jadi leluconan, ketika amarah hanya jadi
sesuatu yang tak tearah, ketika tangisan hanya jadi lagu untuk hati tenang. Diam
percuma berkicau apalagi, bertahan sakit berjalan mundur sulit entah terlalu
sayang sehingga menjadi alasan untuk terkesan bodoh hanya satu pinta ku Tuhan
berikan aku jalan karena ternyata ketika prioritas kita dikesekiankan dengan
berjuta alasan membuatku sulit untuk menerima kenyataan.
Sebenarnya apa sih alasan hati ini
terlalu sering sakit? Bukankah kalian saling mencintai? Bukankah kalian saling
menyayangi? Entahlah mungkin aku yang terlalu naif, terlalu berharap
ketinggian, terlalu memfokuskan bahwa orang yang aku pilih adalah yang terbaik,
selalu beranggapan bahwa orang yang ku dampingi adalah orang yang mampu
menyayangi. Aku rasa semuanya salah, gak ada kata orang terbaik atau orang yang
sepenuhnya baik karena memang gak ada hubungan yang berjalan lancar tanpa
masalah, entah setiap masalah yang menghampiri itu sebuah cobaan atau memang
petanda dari Tuhan kalau dia orang yang salah.
Terlalu sering kecewa karena harapan
yang terus menganga, luka yang tak kunjung sembuh karena terus direngkuh, hati
yang semakin rapuh karena terus bersikukuh. Mau sampai kapan bertahan? Nunggu batas
saja, iya batas ketika hati bilang SUDAH walaupun entah kapan atau bisa saja
belum batas itu datang hati sudah ditinggalkan duluan, siapa yang tau sih
urusan hati? Dia aja mana tau berapa kali aku kecewa? Berapa kali aku terluka? Berapa
kali aku meneteskan air mata? Mana tau lah. Hanya Tuhan yang tau dan aku yakin
Tuhan pun menunggu waktu yang tepat untuk membuat segalanya memang mantap dan
tepat, aku yakin Tuhan pun tau mana yang semestinya dikasihani dan mana yang
yang semestinya diresahi? Aku yakin itu segala sesuatu yang terjadi pasti ada
alasannya begitupun segala sesuatu itu pasti akan ada balasannya (hukum alam
itu pasti).
Terkadang cinta itu memang selalu
butuh kata MAAF tapi kalau terlalu sering bilang maaf apa pantas? bahkan terkadang
kita sendiri yang tak mampu menggunakan kalimat itu dengan tepat atau ketika
salahpun bahkan lupa untuk bilang maaf. Maaf memang penting tapi bukan berarti dijadiin
alasan bisa seenaknya hanya karena maaf bisa dipinta. Ibarat kata sudah hilang
rasa untuk menghargai, sudah hilang rasa untuk mengayomi, sudah hilang rasa iya
aku rasa, rasa kamu yang mulai hilang. Iya cinta memang seharusnya bahagia tapi
apa daya kalau hubungan yang berjalan justru terlalu menyakitkan, apa itu
cinta? Entahlah mungkin karena emang cinta itu buta, buta mana yang benar dan
mana yang salah? Bukan menurut ku sih buta tentang rasa, terlalu menjunjung ego
masing-masing yang sama-sama merasa benar tanpa ada kata saling pengertian.
Dan sekarang kamu telah asyik dengan
dunia sendiri dan terkadang iri akupun ingin begitu tapi tak mampu, asyik dengan
kerjaan akupun ingin begitu tapi apa daya hanyalah pengangguran, asyik dengan
kesibukanmu akupun ingin begitu. Terkadang aku ingin ada hal yang mampu
mengalihkan sebagian fokus ku atau bahkan seluruh fokus ku agar tidak terlalu
mengklaim bahwa kamu seharusnya mengerti aku atau mengklaim bahwa kurang
pengertian apa aku? Agar tidak saling menyalahkan kalau aku yang tidak
pengertian atau kamu yang tidak perhatian karena memang keadaan yang terlalu
berbeda memaksa kita untuk lebih dewasa mungkin.
Jadi, hati please kuatlah walaupun
lelah walaupun sering resah biarlah semuanya berjalan apa adanya mengalir
seperti air, jika berhenti maka berhentilah selagi mengalir ikuti saja semua
pasti akan ada batasnya. Namanya hidup iya panggung sandiwara semua hal jadi drama
apalagi urusan rasa sama cinta, tapi mesti pinter gimana caranya supaya kita
mampu melewatinya karena gak ada kecewa yang merajalela selamanya begitupun
sebaliknya, ingat kehidupan itu berputar kok nikmati saja setiap alurnya dan
tetap percaya bahwa semuanya akan indah pada waktunya.
So belajarlah jadi wanita yang hebat,
wanita yang kuat, wanita tangguh yang mampu merengkuh setiap asa yang terenyuh,
yang mampu bertahan ketika semuanya terasa beban, yang mampu membiarkan setiap beban
itu memudar dengan sendirinya, yang mampu melerai setiap hambatan yang ada, yang
mampu mengendalikan setiap hawa nafsu, egoisme, dan rasa bersikukuh. Berusaha merelakan
setiap hal yang telah terjadi, mengikhlaskan setiap airmata yang sempat teruai,
memaafkan setiap kesalahan yang terlimpahkan, dan menghargai setiap orang yang
telah menorehkan luka tanpa rasa dendam yang meredam. Cukup percaya semua itu hanya
tentang waktu segala nya pasti akan berlalu dan selalu ada hal yang baru. Terima
itu, jalani dan nikmati tunjukan bahwa kamu mampu untuk itu.
Satu hal yang
pasti aku berharap kamu mau untuk intropeksi begitupun aku, baik aku ataupun
kamu semoga lebih baik lagi, lebih dewasa, lebih pengertian, lebih perhatian, semoga
lebih mampu untuk saling menghargai lagi karena setiap rasa yang telah tercurah
harus ada yang mampu menggugah, lebih mampu saling menyayangi lagi karena ini
bukan hanya tentang rasa tapi tentang aku kamu dan kita. Lebih hati-hati lagi
karena luka yang tertoreh acan sulit untuk menoleh kembali, kecewa yang terasa
akan terus menganga ketika tak mampu untuk melerainya. Lalu yang pasti harus lebih
mampu untuk bertanggung jawab pada semua hal yang telah terjadi, yang dilewati,
terutama pada tujuan yang sama-sama ingin dicapai, lebih bertanggung jawab pada
komitmen yang telah kita tetapkan dari awal.
Walaupun
entah aku dan kamu akan menjadi kita, akupun tak tahu itu tapi biarkan Tuhan
yang menuliskan skenarionya dan kita yang jalani saja. Oh iya satu lagi yang
aku pinta kalau memang seandainya kamu lelah dan ingin menepi saja aku akan
selalu siap untuk berhenti lalu membiarkan mu sendirian. Jadi ku mohon jangan
biarkan hanya aku yang berjuang sendirian karena itu sangat melelahkan, jangan
biarkan aku yang berharap ketinggian karena itu menyakitkan, jangan biarkan aku
yang bertahan tapi kamu enggan untuk menahan. So lebih baik lepaskan dan
hempaskan, jangan siksa aku dengan semua omongan palsu karena itu akan membuat hati
semakin pilu lalu tertatih merintih kesakitan, ku mohon lepaskan saja semua cerita,
biarkan semuanya berlalu tertelan hilang tanpa mesti dikenang.
Salam untuk para
wanita yang tangguh dan para pejuang rindu !